Seluruh isi adalah sebuah proses berhenti untuk belajar. Belajar Apapun dan dari siapapun.Berhentilah sejenak, Demi sekeliling kita. Demi waktu yang lewat, yang sempat terekam dan yang akan kita jelang......
advertise
23 Juli 2011
16 Juli 2011
BERANI UNTUK BER (tato) BEDA
Berani untuk Ber(tato)beda
09 Juli 2011
BERJABAT TANGAN LAH DENGAN ENGGANG KU
BERJABAT TANGAN LAH DENGAN ENGGANG KU
Berjabat tangan lah dengan Enggangku
Menyalami ruas helai-helai bulunya yang telah menua
Menghitung lenggoknya saat bersalaman dengan angin kelana
Angin yang berumah diangkasa,..angin yang mengisi lumbung dan menghidupi..
Ia berputar,….menukik,...mengawan dan 34 kali berputar lagi diatas gemawan,..dan pepohonan yang meranggas daunnya.
Ia tak lagi mengenal sarangnya..
Bahkan lupa pohon apa yang pernah mengajaknya berjabat tangan atau sekedar mengucap salam.
08 Juli 2011
TATO, IDENTIFIKASI IDENTITAS, dan NASIONALISME
Tatto, identifikasi identitas, dan nasionalisme.
Sebagai panduan pemakalah dalam diskusi: Me-redefinisikan Tatto, Berpikir Ulang Tentang Bhinneka Tunggal Ika
Beringin Soekarno, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 17 Oktober 2010 yang diselenggarakan oleh IMPULSE. (Institute for Multiculturalism and Pluralism Studies)
Belajar memahami MULTIKULTURALISME: melalui Pendidikan Seni

Belajar memahami MULTIKULTURALISME: melalui Pendidikan Seni
Oleh: Iwan Djola
Multikultural menurut kamus istilah berarti : berkenaan dengan lebih dari dua kebudayaan. Sedangkan Multikulturalisme sendiri dimaknai sebagai keanekaragaman kebudayaan dalam suatu komuniti atau bangsa.
Dengan sadar atau tidak, multikultural telah menjadi ilham sebelum Indonesia diproklamirkan. Keberadaan aneka suku dan budaya membuat negara ini menjadi sangat kaya dengan perbedaan yang ada di dalamnya. Siapapun boleh menghitung ada berapa suku yang hidup berdampingan sepanjang Sabang sampai Merauke, dan ada berapa pengelompokan budaya yang berkembang menyertainya.
TATO DAN EKSISTENSI BUDAYA DAYAK
TATO DAN EKSISTENSI BUDAYA DAYAK
Abad demi abad selalu disertai oleh tanda dan simbol. Baik dalam bentuk visual maupun non visual. Manusia merupakan pelaku utama penanda itu, ia adalah mahkluk yang penuh daya cipta, ide, estetika, kreativitas, serta rasa kemanusiaannya. Dalam kehidupan komunal, manusia menyepakati berbagai aturan dan norma, bahasa, dan akhirnya menyepakati tanda, dan lambang sebagai identitas bersama. Eksistensi identitas itulah yang menuntun manusia mengurangi, menambah, mengatur dan mengubah bagian tubuh alamiahnya.
Rekonsiliasi Kenangan Antar Generasi
Rekonsiliasi Kenangan Antar Generasi
Oleh: Iwan Djola
Oleh: Iwan Djola
Membicarakan tradisi hampir saja menegaskan bahwa kita semua romantis, suka mengenang atau mungkin pendendam. Sebab apa yang kita bicarakan tak jauh dari rupa kenangan itu sendiri. Apa yang ada dalam pikiran kita dan apa yang telah terjadi dan menjadi hal yang terus menerus. Membicarakan tradisi, kita akan mengajak adat istiadat, kesenian, dan segala bentuk norma yang berkaitan dengan asal-usul kita sebagai manusia. Sebab kita sendiri mungkin tradisi itu, mengenai pengertiannya menurut kamus silahkan cari sendiri. Tradisi dapat terjadi dimana saja, entah jika diruang angkasa. Tetapi ia mengikat kita semua sebagai manusia yang mengakui dan selalu mencari. Sangat mudah mengaitkannya dengan masa lalu, keterbelakangan, dan kekunoan. Benarkah tradisi itu kuno? Adakah bedanya dengan tradisional? Untuk penjelasannya silahkan juga mencari. Prolog yang panjang tak selalu harus rumit.
Men-definisi-kan seorang Penato
Men-definisi-kan seorang Penato
Menyepakati bahwa Tato (tattoo) di Indonesia adalah bagian dari tradisi di Nusantara adalah sebuah pemahaman saya saat ini. Bahwa menilik penelitian Khatib Abdul Kadir Olong dan Ady Rossa mengenai eksistensi Tato di berbagai daerah di kelompok-kelompok bangsa yang berintegarsi menjadi bangsa Indonesia, serta (mungkin) kecintaan terhadap takdir “ke-Dayak-an” yang suka tak suka harus dikenakan.
Walau harus diakui bahwa tidak semua pengguna dan penggemar tato memiliki intuisi tradisi dan wawasan menandai pemahaman individual terhadap tato yang dikenakannya saat ini. Namun geliat tato di Indonesia sangat marak dalam beberapa tahun terakhir. Sehingga sesuatu yang tersimpan dalam peti dan tergeletak dipojok kamar, seolah dibuka, dibersihkan untuk kemudian dipelajari kembali sebagai sebuah realita yang tak dapat di belok-kan. Telah tumbuh subur kembali Tato di Indonesia, kali ini justru dikalangan kelas menengah dan generasi mudanya sebagaimana pengalaman kebudayaan selalu punya keterkaitan sosial yang berubah.
Langganan:
Postingan (Atom)